Siklus Karbon
Siklus
karbon termasuk satu jenis siklus bahan kimia yang paling sederhana.
Gas karbon dioksida yang tersebar dalam atmosfer (0,03%) hanya merupakan
satu dari sekian banyak sumber yang ada dalam ekosfer (dalam lingkungan
hidup). Gas karbon dioksida dalam proses fotosintesis tereduksi,
kemudian membentuk senyawa sebagai bahan makanan. Senyawa organik dalam
bentuk makanan ini, teroksidasi dalam proses pernapasan, terurai lagi
menjadi gas karbon dioksida. Sisa-sisa senyawa organik teroksidasi
menjadi gas karbon dioksida, ini merupakan proses yang sangat lambat.
Proses ini tidak semuanya menghasilkan gas karbon dioksida, tetapi
sebagaimana membentuk bahan bakar seperti minyak bumi dan batu bara,
proses ini berlangsung sangat lambat sampai beribu-ribu tahun dan berlangsung sepanjang masa.
Manusia bernapas menghirup oksigen (O2) yang dipakai sebagai sumber energi dan menghasilkan gas karbon dioksida (CO2)
melalui proses fotosintesis, dan gas buangan bahan bakar migas akan
diserap oleh tumbuh-tumbuhan yang di daratan dan biota yang ada di
lautan untuk dikonversi menjadi oksigen dan kembali dihirup oleh manusia
untuk bernapas.
Definisi
dari siklus karbon adalah suatu siklus biogeokimia dimana dipertukarkan
antara biofer, geosfer, hidrosfer dan atmosfer bumi. Dalam siklus ini
terdapat empat reservoir karbon utama yang dihubungkan oleh jalur
pertukaran. Pergerakan tahunan karbon, pertukaran karbon antar resevoir,
terjadi karena proses-proses kimia, fisika, geologi dan biologi yang
bermacam-macam. Lautan mengandung kolam aktif karbon terbesar dekat permukaan bumi, namun demikian laut dalam bagian dari kolam karbon aktif terbesar dekat permukaan bumi, namun laut dalam bagian dari kolam ini mengalami pertukaran yang lambat dengan atmosfer. Secara sederhana, siklus karbon di atmosfer bumi terdiri dari 2 buah reaksi sebagai berikut:
1. Senyawa Karbon + Oksigen Gas karbon dioksida + Energi
Ini terjadi misalnya pada pernapasan makhluk hidup atau hampir segala hal yang berhubungan dengan pembakaran.
2. Gas karbon dioksida + Energi Senyawa Karbon + Oksigen
Ini terjadi pada tanaman disiang hari, tanaman menangkap karbon dari atmosfer dan mengubahnya menjadi karbohidrat.
a. Karbon Atmosfer
Bagian terbesar dari karbon yang berada di atmosfer bumi adalah gas karbon dioksida (CO2). Meskipun
jumlah gas ini merupakan bagian yang sangat kecil dari seluruh gas yang
ada di atmosfer (hanya 0,04% dalam basis molar), meskipun sedang
mengalami kenaikan, namun tetap memiliki peran yang sangat penting dalam
menyokong kehidupan. Gas-gas lain yang mengandung karbon di atmosfer
adalah metan dan kloroflorokarbon atau CFC (CFC merupakan gas artifisial
atau buatan). Gas-gas tersebut adalah gas rumah kaca yang
konsentrasinya di atmosfer telah bertambah dalam dekade terakhir ini,
dan berperan dalam pemanasan global.
Karbon diambil dari atmosfer dengan berbagai cara:
· Ketika
matahari bersinar, tumbuhan melakukan fotosintesis untuk mengubah
karbon dioksida menjadi karbohidrat, dan melepaskan oksigen ke atmosfer.
Proses ini akan lebih banyak menyerap karbon pada hutan dengan tumbuhan
yang baru saja tumbuh atau hutan yang sedang mengalami pertumbuhan yang
cepat.
· Di
laut bagian atas, pada daerah dengan produktivitas yang tinggi,
organisme membentuk jaringan yang mengandung karbon, beberapa organisme
juga membentuk cangkang karbonat dan bagian-bagian tubuh lainnya yang
keras. Proses ini akan menyebabkan aliran karbon ke bawah.
· Pelapukan
batuan silikat, tidak seperti dua proses sebelumnya, proses ini tidak
memindahkan karbon kedalam resevoir yang siap untuk kembali ke atmosfer.
Pelapukan batuan karbonat tidak memiliki efek netto terhadap CO2 atmosferik karena ion karbonat yang terbentuk terbawa ke laut dimana selanjutnya dipakai untuk membuat karbonat laut dengan reaksi yang sebaliknya (reverse reaction).
Karbon dapat kembali ke atmosfer dengan berbagai cara pula, yaitu :
· Melalui pernapasan (respirasi)
oleh tumbuhan dan binatang. Hal ini merupakan reaksi eksotermik dan
termasuk juga didalamnya penguraian glukosa (atau molekul organik
lainnya) menjadi karbon dioksida dan air.
· Melalui
pembusukan binatang dan tumbuhan, fungi atau jamur dan bakteri mengurai
senyawa karbon pada binatang dan tumbuhan yang mati dan mengubah karbon
menjadi karbon dioksida jika tersedia oksigen atau menjadi metana jika
tidak tersedia oksigen.
· Melalui
pembakaran material organik yang mengoksidasi karbon yang terkandung
menghasilkan karbon dioksida (juga yang lainnya seperti asap). Pembakaran
bahan bakar fosil seperti batu bara, produk dari industri perminyakan
(petroleum), dan gas alam akan melepaskan karbon yang sudah tersimpan
selama jutaan tahun di dalam geosfer. Hal inilah yang merupakan penyebab
utama naiknya jumlah karbon dioksida di atmosfer.
· Di permukaan laut dimana air menjadi lebih hangat, karbon dioksida terlarut dilepaskan kembali ke atmosfer.
b. Karbon di Biosfer
Sekitar 1.900.000
ton karbon ada di dalam biosfer. Karbon adalah bagian yang penting
dalam kehidupan di bumi. Ia memiliki peran yang penting dalam struktur,
biokimia, dan nutrisi pada semua sel makhluk hidup dan kehidupan
memiliki peranan yang penting dalam siklus karbon.
· Autotrop
adalah organisme yang menghasilkan senyawa organiknya sendiri dengan
menggunakan karbon dioksida yang berasal dari udara dan air di sekitar
tempat mereka hidup. Untuk menghasilkan senyawa organik tersebut mereka
membutuhkan sumber energi dari luar. Hampir sebagian besar autotroph
menggunakan radiasi matahari untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut,
dan proses produksi ini disebut sebagai fotosintesis memiliki reaksi : 6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2
· Karbon dipindahkan di dalam biosfer sebagai makanan heterotrop pada
organisme lain atau bagiannya (seperti buah-buahan). Termasuk di
dalamnya pemanfaatan material organik yang mati oleh jamur dan bakteri
untuk fermentasi atau penguraian.
· Sebagian besar
karbon meninggalkan biosfer melalui pernafasan atau respirasi. Ketika
tersedia oksigen, respirasi aerobik terjadi, yang melepaskan karbon
dioksida ke udara atau air di sekitarnya dengan reaksi: C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O pada keadaan tanpa oksigen, respirasi anaerobiklah yang terjadi, yang melepaskan metana ke lingkungan sekitarnya yang akhirnya berpindah ke atmosfer atau hidrosfer.
· Pembakaran
biomassa (seperti kebakaran hutan, kayu yang digunakan untuk tungku
penghangat atau kayu bakar dll) dapat juga memindahkan karbon ke
atmosfer dalam jumlah yang banyak.
c. Karbon di Laut
Laut
mengandung sekitar 36.000.000 ton karbon, dimana sebagian besar dalam
bentuk ion bikarbonat. Karbon anorganik yaitu senyawa tanpa ikatan
karbon-karbon atau karbon hidrogen adalah penting dalam reaksinya di
dalam air. Pertukaran karbon ini menjadi penting dalam mengontrol pH di
laut dan juga dapat berubah sebagai sumber atau lubuk karbon. Karbon
siap untuk saling dipertukarkan antara atmosfer dan lautan. Pada daerah
upwelling, karbon dilepaskan keatmosfer. Sebaliknya pada daerah
downwelling karbon dioksida berpindah dari atmosfer ke lautan. Pada saat
CO2 memasuki lautan, asam karbonat terbentuk : CO2 + H2O H2CO3
Reaksi ini
memiliki sifat dua arah, mencapai sebuah kesetimbangan kimia. Reaksi
lainnya yang penting dalam mengontrol nilai pH lautan adalah pelepasan
ion hidrogen dan bikarbonat. Reaksi ini mengontrol perubahan pada pH ;
H2CO3 H+ + HCO3-.
2.1.2 Siklus Fosfor
Fosfor adalah
unsur kimia yang memiliki lambang P dengan nomor atom 15. Fosfor berupa
nonlogam, bervalensi banyak, termasuk golongan nitrogen, banyak ditemui
dalam batuan fosfat arorganik dan dalam semua sel hidup tetapi tidak
pernah ditemui dalam bentuk bentuk unsur bebasnya. Fosfor amatlah
reaktif, memancarkan pendar cahaya yang lemah ketika bergabung dengan
oksigen, ditemukan dalam berbagai bentuk dan merupakan unsur penting
dalam makhluk hidup. Kegunaan fosfor yang terpenting adalah pembuatan
pupuk dan seara luas digunakan dalam bahan peledak, korek api, kembang
api, pestisida, odol dan detergen.
a. Bentuk
Secara umum
fosfor membentuk padatan putih yang lengket dan memiliki bau tidak enak
tetapi ketika murni menjadi tak berwarna dan transparan. Non logan ini
tidak larut dalam air, tetapi dapat larut dalam karbon disulfida. Fosfor
murni terbakar secara spontan di udara membentuk fosfor pentoksida.
Fosfor dapat berada dalam empat bentuk atau alotrop: putih(atau kuning), merah, merah dan hitam (atau ungu). Paling
umum terdapat adalah fosfor merah dan putih, keduanya mengelompok dalam
empat atom yang tetrahedral. Fosfor putih terbakar ketika bersentuhan
dengan udara dan dapat berubah menjadi fosfor merah ketika terkena panas
atau cahaya. Fosfor putih juga dapat berada dalam keadaan alfa dan beta
yang dipisahkan oleh suhu transisi –3,8°C. Fosfor merah relatif lebih
stabil dan menyublim pada 170°C pada tekanan uap 1 atm,
tetapi terbakar akibat tumbukan atau gesekan. Alotrop fosfor hitam
mempunyai struktur seperti grafit atom-atom tersusun dalam
lapisan-lapisan heksagonal yang menghantarkan listrik.
b. Keberadaan Fosfor
Tanah
mengandung persenyawaan-persenyawaan anorganik yang berisi kalsium,
besi, dan aluminium. Persenyawan-persenyawaan kalsium yang lebih larut
bergabung dengan besi dan aluminium, yang dikandung di tanah-tanah
semacam itu, adalah yang paling stabil dan tidak dapat larut. Bahan
organik tanah juga mengandung fosfor. Kwalitas fosfat-fosfat organik
dalam tanah tergantung sebagian pada jumlah keseluruhan bahan organik.
Persenyawaan fosfor organik dapat merupakan 25% sampai 50% dari seluruh
jumlah fosfor tanah.
Fosfor
memiliki peranan penting sebagai bahan baku universal untuk kegiatan
biokimia dalam sel hidup. Ikatan Adenosin Trifosfat (ATP) yang berenergi
tinggi melepaskan energi untuk kegiatan bila diubah menjadi adenosine
difosfat (ADP). Fosfat merupakan unsur yang juga penting dalam tulang
dan gigi. Hanya beberapa persen saja fosfor didalam tanah tersedia bagi
tumbuh-tumbuhan berderajat tinggi. Kebanyakan fosfat-fosfat dalam tanah
secara relative tidak dapat larut. Fosfat-fosfat besi dan kelompok
kombinasi-kombinasi kalsium secara khusus tak dapat larut. Sumber fosfat
yang langsung menumbuhkan tanaman-tanaman adalah dalam bentuk ion
fosfat anorganik dalam larutan tanah. Struktur tanah dan aerosi adalah
sangat penting dalam mengatur dapat diperolehnya fosfat alam tanah
berkapur. Pencucian dari drainase cepat dapat memperbaiki tersedianya
fosfat pada tanah-tanah semacam itu. Suatu struktur tanah yang lepas
meningkatkan daya serap dan aerasi yang baik. Dalam kondisi-kondisi ini,
jasad renik tanah disuplai dengan oksigen secara baik. Keadaan demikian
menyuburkan akan adanya karbon dioksida bebas, pembalikan selengkapnya
adalah tidak mungkin.
Walaupun
pemberdayaan fosfor pada umumnya sangat rendah, bahan organik memiliki
peranan sangat penting dalam meningkatkan tersedianya unsur ini.
Perombakan struktur organik menghasilkan pembebasan fosfat dari bahan
yang terurai itu. Jika bahan organik telah dirombak oleh jasad renik,
maka fosfornya dimineralisasi dan dibebaskan untuk pertumbuhan tanaman,
bahan organik dan jasa renik secara materi mempengaruhi dapat tidaknya
diperoleh fosfor organik.
Seperti
halnya unsur nitrogen dalam suatu ekosistem adalah fosfor juga terdapat
pada protein dan zat-zat organik lainnya. Adenosine trifosfat misanya
terdapat dalam sel makhluk hidup dan berperan penting dalam penyediaan
energi. Perjalanan fosfor dalam daurnya mirip dengan daur nitrogen,
dalam ekosistem air fosfor ada dalam tiga bentuk yakni senyawa fosfor
anorganik seperti ortofosfat, senyawa organik dalam protoplasma dan
senyawa anorganik seperti ortofosfat, dan senyawa anorganik terlarut
yang terbentuk karena kotoran atau tubuh organisme yang mengurai.
Dekomposisi
yang cepat pada bahan organik memperbaiki struktur tanah dan aerasi dan
secara materi memperbaiki kondisi-kondisi yang menguntungkan aktivitas
akar dan ketersediaan fosfat-fosfat. Produk-produk dekomposisi ata bahan
organik tak diragukan memainkan peranan penting dalam tanah serta mudah
tidaknya didapat fosfor anorganik.
Daur
unsur fosfor dalam lingkungan hidup relative lebih sederhana bila
dibandingkan dengan daur bahan kimia lainnya, tetapi mempunyai peranan
yang sangat penting sebagai pembawa energi dalam bentuk ATP. Daur unsur fosfor
adalah dasar bahan kimia yang menghasilkan endapan. Dalam lingkungan
hidup tidak diketemukan unsur fosfor dalam bentuk gas, unsur fosfor yang
terdapat dalam atmosfer yaitu partikel-partikel fosfor padat.
Batu
karang fosfor dalam tanah terkikis karena pengaruh cuaca menjadi
senyawa-senyawa fosfot yang terlarut dalam air tanah dan dapat
digunakan/ diambil oleh tumbuh-tumbuhan untuk pertumbuhannya. Penguraian
senyawa organik (tumbuh-tumbuhan dan hewan yang mati) menghasilkan
senyawa-senyawa fosfat yang dapat menyuburkan tanah untuk pertanian
sebagian senyawa-senyawa fosfat yang terlarut dalam air tanah terbawa
aliran air sungai menuju ke laut atau ke danau, kemudian mengendap pada
dasar atau dasar danau. Dengan demikian senyawa fosfoat
akan berkurang, tanah menjadi kurang subur. Penambahan senaywa fosfat
bisa terjadi dari tulang-tulang ikan yang telah mati dan dari proses
pemupukan menggunakan pupuk fosfat yang terbawa oleh aliran sungai.
umbuhan
dan hewan memerlukan suplai senyawaan fosfat secara kontinyu. Senyawaan
organofosfat esensial bagi sel, termasuk dalam proses pembentukan DNA
dan RNA. Disamping itu juga sangat diperlukan dalam proses pembentukan
tulang dan gigi.
Gambar 2.1 Proses-proses pokok dalam daur fosfor tanah. Persediaan fosfor bagi tanaman ditentukan oleh jumlah fosfor di dalam tanah.
Kadar
fosfor dalam larutan terutama merupakan fungsi kelarutan bentuk fosfor
yang terikat. Hasilnya adalah kadar fosfor yang sangat rendah dalam
tanah pada suatu saat karena bentuk terikat rendah pada umumnya,
terdapatnya penurunan keterlarutan atau ketersediaan dalam larutan
kalsium fosfat yang diserap tanah liat serta besi aluminium fosfat.
Nutrisi
tumbuhan dan hewan meliputi lingkar metabolisme energi dengan reaksi
kimia memanfaatkan adrenalin trifosfat (ATP). Tetumbuhan menyerap garam
fosfat anorganik dari dalam tanah dan mengubah menjadi fosfat organik.
Tetumbuhan yang mengandung fosfat organik dikonsumsi oleh hewan untuk
memenuhi kebutuhan fosfat hewan tersebut.
Gambar 2.2 Siklus fosfat di dalam air
Sumber
utama fosfat adalah batuan dan tanah, dimana fosfat keluar dalam bentuk
terlarut, tidak larut dalam air atau campuran keduanya. Fosfat yang
diserap oleh tumbuhan (dikonsumsi oleh manusia/hewan) dikembalikan
kedalam tanah dalam bentuk tanaman mati dan residu organik hewan seperti
bangkai dan kotoran. Bahan-bahan ini kemudian diubah menjadi humus oleh
aksi mikroba tanah. Di dalam tanah, fosfat umumnya diserap oleh
partikel-partikel padat, akan tetapi sebagian terbuang ke dalam
sumber-sumber air. (gambar 2.1)
Di
dalam air, beberapa algae atau fitoplankton menyerap fosfat anorganik
terlarut secara cepat dan mengubahnya menjadi fosfat organik. Algae
merupakan makanan bagi zooplankton yang kemudian dikonsumsi oleh
hewan-hewan air lainnya. Semua mahluk hidup yang mati di dalam air dan
hasil-hasil sekresinya akan hancur dan mengendap di dasar perairan. Pada
saat itu bahan-bahan tersebut, akan mengalami pembusukan sebgai akibat
aktivitas bakteri. Fosfat yang dihasilkan dari proses ini akan
dibebaskan ke dalam air dalam bentuk fosfat terlarut yang selanjutnya
akan masuk kembali ke dalam siklus (gambar 2.2)
Pada
dasarnya siklus fosfat alami dapat dipengaruhi oleh cemaran/limbah
bahan-bahan kimia. Aplikasi pupuk yang mengandung superfosfat atau
tripel superfosfat dewasa ini banyak diigunakan pada lahan pertanian,
mengakibatkan bertambahnya jumlah fosfat yang masuk kedalam tanahatau
air. Sumber cemaran fosfat lainnya dapat berasal dari hasil eksresi
hewan, rsidu yang berasal dari tumbuhan atau yang berasal dari deterjen.
Fosfat-fosfat ini, lambat laun akan mencapai aliran-aliran air, sungai
dan danau. Sebagai gambaran bagi kita bahwa di Kerajaan Inggris sedikitnya
200.000 ton fosfat memasuki saluran perairan setiap tahun dan sekitar
66% diantaranya masuk ke dalam aliran sungai pencemaran fosfat pada
sungai dan danu dapat menyebabkan pertumbuhan algae yang berlebihan yang
secara tidak langsung akan berkompetisi dengan mahlujk lain dalam
mengkonsumsi oksigen sehingga akan mengacaukan sistem rantai makanan
alami.
2.1.3 Siklus Nitrogen
Dalam
proses daur materi/bahan kimia dalam lingkup besar ini mengikut
sertakan semua komponen lingkungan hidup, baik komponen biotik maupun
komponen abiotik dengan energi matahari sebagai matahari sumber energi.
Dari sekian banyak unsur-unsur kimia yang terbesar dalam lingkungan
hidup, yang memegang peranan penting dan harus ada dalam jumlah banyak
untuk kehidupan antara lain adalah karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen,
fosfor dan belerang. Unsur-unsur ini berada dalam lingkungan hidup
berupa senyawa organik dan senyawa anorganik. Keenam unsur-unsur
tersebut, dapat digolongkan kedalam “makronutrien”. Selain unsur-unsur
macronutrien ini masih ada lagi unsur-unsur yang diperlukan untuk
kehidupan hanya dalam jumlah sedikit sekali yaitu besi, magnesium,
tembaga, yodium, dan digolongkan kedalam “mikronutrien”.
Keenam
unsur makronutrien ini diperlukan dalam jumlah banyak maka perlu ada
daur ulang unsur-unsur kimia ini dari sumbernya (air, udara, dan tanah)
melewati jaringan makanan (fotosintesis, tumbuh-tumbuhan, herbivora,
omnivora dan karnivora) kembali lagi kesumbernya (setelah diuraikan oleh
bakteri). Untuk pertumbuhan dan proses kehidupan, makhluk hidup
memerlukan kurang lebih 40 macam unsur kimia. Unsur hidrogen, karbon,
dan oksigen merupakan unsue pokok pada pembentukkan karbohidrat melalui
proses fotosintesis sebagai langkah pertama dengan energi matahari
sebagai sumber energi dan sangat dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan dan
hewan.
Daur ulang bahan kimia ini dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
1. Daur bahan kimia dalam bentuk gas (unsur C,H,O, N dan S).
2. Daur bahan kimia dalam bentuk endapan (logam-logam).
Siklus
nitrogen ini merupakan suatu siklus bahan kimia yang sangat kompleks
dan sangat penting dalam lingkungan hidup. Unsur nitrogen banyak
terdapat dalam atmosfer dalam bentuk gas nitrogen (N2)
sampai mencapai 78% volume udara bersih dan kering, tetapi tidak dapat
digunakan secara langsung oleh tumbuh-tumbuhan untuk proses asimilais N.
Setelah diubah menjadi gas NH3 senyawa nitrat, senyawa aitrit atau senyawa ammonium yang terlarut dalam air tanah, baru dapat digunakan oleh tumbuh-tumbuhan.
Bagan di bawah ini, merupakan rangkuman mengenai proses siklus nitrogen yang terjadi di lingkungan hidup :
Gambar 2.3 Siklus Nitrogen
Dalam siklus nitrogen pada lingkungan hidup terjadi beberapa proses kimia antara lain:
o Fiksasi nitrogen adalah proses perubahan gas nitrogen menjadi senyawa nitrat yang akan larut dalam air.
o Reaksi amonifikasi adalah nama reaksi yang diberikan pada reaksi penguraian protein (tumbuh-tumbuhan dan hewan yang mati) menjadi
asam-asam amino dan gas amonia oleh bakteri. Gas amonia yang terbentuk
sebagain diambil oleh tumbuh-tumbuhan untuk pertumbuhannya dan sebagian
lagi masuk ke atmosfer. Pada kondisi tertentu gas amoniak teroksida
menjadi nitrat.
o Protein Asam-asam amino
o Reaksi nitrifikasi adalah istilah yang diberikan pada proses perubahan gas amonia (NH3 ) menjadi senyawa nitrat oleh bakteri.
o Reaksi
denitrifikasi yang sebagian dari senyawa nitrat yang terlarut dalam air
tanah akan tereduksi lagi menjadi gas nitrogen. Sebagian besar dari
oksigen dalam senyawa nitrat digunakan oleh bakteri anaerob untuk
mengoksidasi karbohidrat.
Pertukaran
nitrogen di ekosistem dapat digambarkan melalui siklus nitrogen.
Tumbuhan dan hewan secara berkesinambungan menghasilkan protein yaitu
salah satu senyawa organik yang kaya akan kandungan nitrogen . Tetumbuhan
menyerap nitrat dari dalam tanah untuk selanjutnya menghasilkan protein
, disamping itu beberapa makanan hewan pada tumbuh-tumbuhan digunakan
untuk memenuhi kebutuhan protein. Organisme-organisme yang mati dan
bahan organik hasil ekskresi merupakan tambahan residu organik bagi
tanah yang menganung protein. Didalam tanah terdapat jenis-jenis
mikroorganisme yang berbeda dalam pemanfaatan senyawa nitrogen untuk
keperluan metabolismenya. Protein digunakan oleh bakteri melalui suatu
rantai senyawaan antara seperti amonia, nitrat dan akhirnya
dihasilkan senyawa nitrat. Senyawaan nitrat ini diserap oleh tumbuhan
kemudian dimasukkan kembali kedalam siklus nitrogen. Selain itu, terjadi
juga pertukaran nitrogen antara sikluis dengan atmosfer melalui aksi
mikroba-mikroba tanah lainnya. Beberapa senyawaan nitrat dari tanah
berubah menjadi nitrogen melalui proses denitrifikasi dan lainnya
mengubah nitrogen menjadi senyawa nitrogen terlarut, yang dapat larut
kedalam tanah dengan juml;ah sekitar 0,097 – 0,105 ton/hektar/tahun.
Dalam siklus nitrogen ditambahkan kedalam tanah setiap tahunnya.
Sebagliknya sebagain nitrogen, dalm bentuk nitrat, meninggalkan tanah
berpindah ke sumber-sumber air dan laut.
Siklus
nitrogen sebenarnya berlangsung seimbang sehingga konsentrasi nitrogen
di atmosfer relatif konstan. Sistem pertanian modern, termasuk budidaya
tanaman yang sangat efisien membutuhkan sejumlah tanaman yang sangat
efisien membutuhkan sejumlah pupuk berkandugnan nitrogen yang
ditambahkan pada tanah/lahan pertanian. Penambahan ini berkisar 40
Mton/tahun untuk lahan pertanian. Pemupukan yang berlangsung
berulang-ulang ini, akan mengeser keseimbangan siklus alami. Pencemaran
air karena nitrogen dapat disebabkan oleh pelepasan senyawaan nitrat ke
dalam saluran air, irigasi, sungai dan danau.
2.1.4 Siklus Belerang
Tumbuhan
dan hewan juga memerlukan suplai belerang dan senyawaannya secara
kontinyu, terutaman dalam kaitannya dengan sintesis asam-asam amoni dan
protein. Proses pertukaran belerang di dalam ekosistem berlangsung
melalui aktivitas bakteri.
Ada 3 sumber alam pokok dari mana tanaman mendapat sulfur sebagai berikut :
1. Mineral tanah
Ada
beberapa mineral tanah yang mengandung sulfur yang dapat dilepaskan
untuk tanaman, misalnya sulfida besi, nikel dan tembaga banyak terdapat
dalam tanah terutama tanah dengan drainase terbatas. Sulfida itu juga
jika mengalami oksidasi berubah menjadi sulfat yang dapat cepat tersedia
untuk tanaman.
2. Sulfur Atmosfer
Pembakaran
bahan bakar, terutama batu bara melepaskan sulfur dioksida dari senyawa
sulfur lain dalam atmosfer, sering berhubungan erat degnan jarak dari
pusat industri. Disamping pantai laut dimana percikan garam menambah
sulfur dengan nyata dan didekat rawa-rawa yang merupakan sumber Hidrogen
Sulfida, olehnya itu pembakaran batubara merupakan sumber paling
berarti bagi sulfur atmosfer. Jumlah sulfur yang diabsorpsi langsung
oleh tanaman dari atmosfer akan bervariasi tergantung pada keadaan
tanah.
3. Sulfur yang terikat dalam organik
Pada
tanah permukaan daerah lembab, sebagian besar sulfur dalam bentuk
organik. Seperti halnya pada nitrogen, sedikit sekali diketahui tentang
senyawa sulfur itu. Sulfur yang terdapat dalam sisa-sisa tanaman
sebagian besar dalam bentuk protein yang biasanya rendah menjadi sasaran
serangan mikroba. Dengan beberapa cara sulfur (bersama nitrogen)
dihindarkan dari pelepasan yang cepat, jadi ia tidak hilang atau
dibenahi tanaman tingkat tinggi.
Oksidasi belerang (S) atau senyawa-senyawa organik belerang dalam kondisi aerobik disebabkan oleh bakteri Thiobacillus Thioxidans. Akan tetapi, salah satu bakteri ini yaitu Thiobacillus Denitrificans merupakan
jenis aerobik sehingga bakteri tersebut dapat mengoksidasi belerang dan
senyawa-senyawanya tanpa adanya oksigen dari udara. Energi yang
diperlukan untuk perkembangan dan pertumbuhan bakteri ini diperoleh
sebagai akobat atau hasil oksidasi belerang dan sebagai hasil akhirnya
adalah asam sulfat. Bakteri ini paling mudah berkembang
baik dalam lingkungan asam dengan pH antara 0 – 6. Jenis bakteri ini
dapat menghasilkan asam sulfat yang tidak begitu banyak, yaitu
konsentrasinya mencapai 10% atau 2N.
Bakteri sulfur menerima energi yang diperlukan untuk kehidupannya dari oksidasi asam sulfit.
Dengan adanya bakteri ini korosi akan dipercepat.
2H2S + O2 2H2O + S
seperti
juga bakteri pengoksidasi sulfur, bakteri ini juga menggunakan sulfat
sebagai sumber energi bagi pertumbuhan dan perkembangan dirinya.
Sumber
belerang dalam tanaman adalah dari mineral tanah dan bahan organik yang
melepaskan ion sulfat dan dituliskan sebagai berikut :
Bahan organik Hasil Uraian Sulfit Sulfat
(Karbohidrat,lemak (diantaranya SO3 – SO4 – 2
Lignin,Protein) H2S dan gas)
Perubahan H2S
dan belerang menjadi sulfit dan akhirnya sulfat tersebut sulfofikasi.
Sulfofikasi ini dikerjakan oleh bakteri tanah aerob yang disebut Beggiatoa dan Thiobacillus thiooxidans. Ion sulfat adalah bentuk S tersedia bagi tanaman. Pada pemberian S (SO4 – ) berlebihan maka sebagian sulfat terdapat bebas didalam tanaman sebagai ion SO4 – dan digunakan dalam metabolisme selanjutnya. Apabila kadar SO4 – bebas didalam tanaman sebagai 20 ml/Kg bahan kering dapat dikatakan bahwa status S dalam tanaman cukup.
Disamping
itu kekurangan S menghambat proses konveksi S menjadi N protein
sehingga kadar amida dan nitrat tanaman tinggi dan ini sangat berbahaya
pada ternak (khususnya tanaman ternak). Disamping itu S merupakan bagian
aktif dari beberapa enzim (papaine, bromelin, ficin) dan vitamin.
Gambar 2.3 Siklus sulfida menjadi sulfat yang terjadi di alam
Siklus
bagian atas menggambarkan proses oksida belerang sedangkan siklus
bagian bawah menunjukkan perubahan sulfat menjadi protein selular dari
hewan tumbuhan dan degradasi bahan/bahan yang mati akibat aksi bakteri.
Dalam
lingkungan perairan yang sangat tercemar, mungkin terdapat kondisi
anerobik dimana kandungan oksida anaerobik di mana kandunga oksigen
terlarut sangat kecil atau bahkan tak ada sama sekali. Pada kondisi
seperti ini aksi bakteri pembusuk akan menghasilkan senyawa hidrogen
sulfida yang sangat toksik dan deposit besi sulfida yang memberikan
warna hitam pada lingkungan perairan tersebut.
Dalam
perairan yang belum tercemar, atau sedikit tercemar, lingkungannya
masih memberikan kondisi aerobik. Pada kondisi seperti ini,
bakteri-bakteri sulfur akan mengubah sulfida-sulfida menjadi senyawaan
sulfat yang dapat digunakan dalam produksi protein selanjutnya.
2.2 Sumber Daya Tanah
Bila
dibandingkan dengan luas bumi secara keseluruhan, maka tanah pada
permukaan bumi hanya merupakan lapisan tipis, tetapi sangat penting
karena menyediakan berbagai sumber daya yang berguna bagi kehidupan
manusia dan makhluk hidup yang lain.
Tanah
selain menyediakan SDT (sumber daya tanah) yang diperlukan bagi
kehidupan hampir seluruh makhluk hidup di bumi ini juga merupakan
habitat alamiah bagi manusia. Oleh karena itu, sudah sepantasnya setiap
orang memelihara kualitas tanah yang memberikan bahan atau mineral baginya. Berbagai
kegiatan manusia seperti pembukaan hutan, perladangan berpindah dan
penggalian lahan besar terhadap kondisi tanah menyebabkan berkurangnya
luas SDT yang subur, bersama-sama dengan meningkatnya jumlah penduduk
dengan segala aktivitasnya merupakan tekanan yang luar biasa terhadap
SDT.
Tanah
atau geosfer merupakan bagian padat atau tempat dimana manusia
mendapatkan sumber makanan, mineral-mineral, bahan baker, dll, karena
aktivitas manusia yang tidak terkendali untuk menambang secara
besar-besaran sehingga tanah mengalami kerusakan.
Aktivitas
manusia di permukaan bumi mempengaruhi perubahan iklim yang cukup besar
misalnya perubahan elbino, terjadinya daerah gurun dengan curah hujan
rendah. Proses perubahan suatu daerah tersebut diakibatkan menurunnya
jumlah air tanah, salinitas lapisan atas dan air meningkat, menurunnya
permukaan air, erosi tanah yang cukup tinggi dan perusakan
vegetasi asli, meningkatnya populasi penduduk dunia, menjamurnya
industri-industri dan kendaraan bermotor yang menyebabkan jumlah CO2
diatmosfir meningkat, terjadinya hujan asam serta tanah asam,
terdapatnya beberapa daerah dinegara industri memiliki tanah sebagai
tempat penimbunan bahan-bahan kimia beracun. Selain itu, geosfer harus
menyediakan tempat pembuangan untuk limbah nuklir dari sekitar lebih
dari 300 reaktor nuklir yang sekarang beroperasi diseluruh dunia.
Aktivitas
manusia dipermukaan bumi secara langsung dapat mempengaruhi perubahan
permukaan albedo, yang dapat didefenisikan sebagai persentase
direfleksikannya radiasi sinar matahari oleh permukaan air. Sebagai
contoh jika matahari memancarkan energi sebesar 100 unit/menit kebatas
luar atmosfir dan permukaan bumi akan menerima 60 unit/menit dari total
dan kemudian 30 unit direfleksikan lagi keatas albedonya dan 50%. Terdapat
perbedaan nilai albedo untuk beberapa wilayah dipermukaan bumi misalnya
hutan hijau abadi 7-15%, padang kering 10-15%, gurun 25-30%.
Dalam
jumlah yang tidak terlalu besar, segala kerusakan dialam dapat diatasi
secara alami karena tanah dapat bersifat menetralisir dan mengasimilasi
bahan pencemar didegradasi menjadi bahan tidak beracun misalnya proses
oksidasi-reduksi, reaksi asam-basa, presipitasi atau pengendapan,
penyerapan dan degradasi biokimia.
2.2.1 Fungsi tanah
Fungsi tanah sebagai SDT, pada dasarnya terdiri dari 3 makna sbb:
a. Sebagai
produk alam berupa bahan hancuran yang berasal dari pelapukan batuan
yang berfungsi sebagai bahan bangunan dan tempat bangunan berpijak.
b. Sebagai
produk alam yang menjadi media tumbuh bagi berbagai jenis
tumbuh-tumbuhan misalnya sumber unsur hara, tempat akar berjangkar,
tempat penyimpanan air.
c. Sebagai
ruang, nilainya ditentukan oleh unsur-unsur yang terdapat dan menjadi
bagian tanah dan sebagai tempat berlangsungnya ekosistem.
2.1.2 Karakteristik lahan dan dampaknya
Menurut
FAO (1977), lahan merupakan suatu daerah permukaan bumi yang
ciri-cirinya mencakup semua pengenal yang cukup mantap, terdiri dari
biosfir, atmosfir, geologi, hidrologi, populasi tumbuhan dan hewan,
serta segala hasil kegiatan manusia pada masa lampau dan masa kini.
Bentuk lahan dapat dibedakan dari dataran dan pengunungan.
2.1.3 Struktur bawah permukaan tanah
Untuk memahami tentang struktur bawah permukaan tanah dapat dibagi menjadi 2 yaitu : Ilmu geologi dan ilmu tanah.
· Struktur
bawah permukaan menurut ilmu geologi menyangkut bidang geologi meliputi
struktur lipatan, struktur patahan, struktur rekahan dan struktur
ketidak selarasan.
· Struktur
tanah menurut ilmu tanah merupakan gumpalan kecil dari butiran-butiran
tanah yang menjadi butir-butirnya terikat satu sama lain misalnya bahan
organik, oksida-oksida besi dll. Gumpalan tersebut memiliki bentuk,
ukuran dan kemantapan yang berbeda-beda.
Proses
kimia dalam tanah untuk pengaplikasian pada pertanian misalnya
mineral-mineral yang membentuk tanah tersebut dimana dari proses
pelapukan oleh air, panas dll. Tanah dikenal dengan tanah muda yaitu
baru mengalami pelapukan dan tanah tua yaitu telah mengalami proses
pelapukan yang lama sehingga kandungan beberapa mineralnya telah hilang.
2.3 Sumber Daya Air
Defenisi
sumber daya air adalah segala potensi yang terdapat pada air, termasuk
sarana dan prasarana yang termanfaatkan, tetapi tidak termasuk kekayaan
hewani yang ada di dalamnya. Proyek-proyek tentang air telah banyak
dibangun tetapi kapan pertama kali dilakukan belum ada data yang
jelas.Terdapat bukti-bukti bahwa saluran irigasi telah ada di Mesir
semasa pemerintahan raja Scorpion sekitar tahun 3200 SM, Irigasi sungai
Nil dan bendungan disekitar kota Kairo dll.
Sejarah
membuktikan bahwa manusia selalu mencari sumber daya air misalnya
Kerajaan di Indonesia, Mesir dan Cina selalu berjaya disekitar sungai
besar dan air diandalkan sebagai sarana transportasi, ekonomi, proses
produksi, pertanian, perikanan, dll.
Kuantitas
dan kualitas air yang sesuai dengan kebutuhan manusia merupakan faktor
penting yang menentukan kesehatannya. Kuantitas air berhubungan dengan
adanya bahan-bahan lain terutama senyawa-senyawa kimia baik dalam bentuk
senyawa organik maupun anorganik juga adanya mikroorganisme yang
memegang peranan penting dalam menentukan komposisi kimia air.
Seluruh
peradaban manusia dan makhluk hidup akan musnah karena kurangnya air
yang disebabkan berbagai faktor terutama akibat dari perubahan iklim.
Kualitas air yang buruk disebabkan adanya berbagai jenis bakteri patogen
dan kandungan bahan-bahan kimia berbahaya dapat membunuh berjuta-juta
manusia. Dalam jaringan hidup, air merupakan medium untuk berbagai
reaksi dan proses ekspresi. Air merupakan komponen utama baik dalam
tanaman maupun hewan termasuk manusia. Tubuh manusia terdiri dari 60-70%
air.
2.3.1 Permasalahan sumber daya air
Ada
3 yang hal yang menyebabkan air tidak bisa dimanfaatkan oleh manusia
untuk memenuhi kehidupannya bahkan menjadi bencana bagi kehidupan
manusia yaitu :
· Terlalu banyak
· Terlalu sedikit
· Terlalu kotor
Ketiga hal tersebut, tidak terlepas dari kerusakan sumber daya air, misalnya daerah tangkapan air (DAS),
erosi dan sedimentasi, kekeringan, pencemaran air, banjir, konflik
terhadap penggunaan air, keadilan pengelolaan sumber daya air, bahan
baku pengolahan PAM.
,
2.3.2 Pengelolaan Sumber Daya Air (SDA)
Arahan Undang-Undang Tentang Sumber Daya Air No.7 Tahun 2004 yaitu
“Pengelolaan sumber daya air berazaskan kelestarian,
keseimbangan, kemanfaatan, umum, keterpaduan dan keserasian, keadilan,
kemandirian serta transparansi dan akuntabilitas”.
Tujuan
pengembangan dan pengelolaan infrastruktur SDA mendukung pengelolaan
SDA dalam rangka mewujudkan kemanfaatan SDA yang berkelanjutan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pengelolaan SDA merupakan upaya
dalam hal perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi
penyelengaraan, konservasi SDA, pendayagunaan dan pengendalian daya
rusak air.
Konservasi
adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan sifat dan fungsi
SDA agar selalu tersedia setiap saat, baik mengenai kuantitas maupun
kualitasnya. Sedangkan, pendayagunaan SDA adalah suatu upaya untuk
mencegah, menanggulangi dan memulihkan kerusakan kualitas lingkungan
yang diakibatkan oleh daya rusak air (daya air yang dapat merugikan
kehidupan manusia).
Beberapa
kondisi yang dapat menjadi ancaman yang berhubungan dengan SDA yaitu
jumlah penduduk Indonesia tahun 2007 sekitar 250 juta jiwa, indeks
pembangunan rendah dan indeks kemiskinan penduduk meningkat tetapi
berbagai sektor berebutan air serta berlomba mencemari sumber air,
tempat-tempat penyimpanan air berubah menjadi pemukiman dan pembangunan
mis: empang, rawa, DAS menyebabkan daerah resapan air serta hutan dirusak dan digunduli.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar