Selasa, 25 Oktober 2011

Kalau Pulang Malu, Tidak Pulang Rindu

Terkadan langkah akan terhenti oleh sang waktu yang melintasi dentang hari ini. Sulit terbayangkan oleh jiwa yang lelah melalaui hari penuh liku. Sabar hanya itu yang bisa menenangkan jiwa yang membara karena rindu. Begitu sulit hidup dirantau, tapi itu harus terjalani dengan penuh kesabaran dan ketekunan. Hidup bagaikan waktu yang terus bergulir tiada hentinya. Susah, senang atau bahagia, sedih itu merupakan awal dari kehidupan senja. Senja adalah hidup dimana susah dan senang telah terlewati, yang dilakukan kini tinggal menghadapkan/mendekatkan diri pada yang kuasa, karena susah dan senang kini tertelan oleh usia yang makin hari makin tua.
Serasa ingin pulang kesisi yang maha kuasa tapi malu karena jiwa penuh dosa. Tapi jika tidak pulang jiwa ini rindu pada yang maha kuasa, karena keindahan surganya. Sabarlah wahai jiwa yang merindu akan keindahan surga yang maha kuasa. Kumpulkanlah amalmu dan hapuslah dosa-dosamu yang bisa menjerumuskan jiwa kedalam panasnya api neraka yang rindunya membara pada jiwa-jiwa yang sesat dari jalan sang maha kuasa.
Suasana jiwa semakin timbul kesedihan yang begitu dalam, karena raga tidak peduli apa yang dilarangkan oleh sang maha kuasa. Raga merajalela dengan keinginannya yang dirasuki oleh setan yang tidak kenal kepedihan. Mungkin bisa ditaksirkan jiwa-jiwa yang sesat didunia ini mungkin mencapai 80%. Dan yang 20% itupun belum tentu bersih jernih. Banyak manusia merasa dirinya yang paling hebat, yang paling sempurna, karena keandaiannya ia sombong dan tidak pernah mencoba kembali berfikir ke yang paling bawah, dia hanya berfikir kalau dirinyalah yang paling sempurna. Tapi dia tidak fikir siapa yang menciptakan alam semesta ini, sebenarnya kesempurnaan hanya sang pencipta alam semesata ini yang memiliki kesempurnaan yang paling sempurna. Kita sebagai manusia hanya melakukan sesuatu dengan cara yang sempurna tapi itupun belum tentu sempurna.
Serasa jiwa ingin pulang kesisi yang maha kuasa namun malu karena tingkah laku raga. Tapi bila tidak pulang rindu akan merasuk semakin dalam dan tiada hentinya meminta jiwa kembali, itu dikarenakan tingkah laku raga yang sangat memalukan jiwa. Namun kesabaran jiwa tidak pernah berhenti bersabar. Sungguh malang jiwa ini karena raga.
Wahai sesamaku sadarlah akan tingkah laku kita selama ini
Mari kita mendekatkan diri pada yang maha kuasa sebelum kita terlambat
Sebelum ajal melambaikan/memanggil kita untuk kembali
Kesisi tuhan yang maha kuasa segalanya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar