Terkadan langkah akan terhenti oleh sang waktu yang
melintasi dentang hari ini. Sulit terbayangkan oleh jiwa yang lelah melalaui
hari penuh liku. Sabar hanya itu yang bisa menenangkan jiwa yang membara karena
rindu. Begitu sulit hidup dirantau, tapi itu harus terjalani dengan penuh
kesabaran dan ketekunan. Hidup bagaikan waktu yang terus bergulir tiada
hentinya. Susah, senang atau bahagia, sedih itu merupakan awal dari kehidupan
senja. Senja adalah hidup dimana susah dan senang telah terlewati, yang
dilakukan kini tinggal menghadapkan/mendekatkan diri pada yang kuasa, karena
susah dan senang kini tertelan oleh usia yang makin hari makin tua.
Serasa ingin pulang kesisi yang maha kuasa tapi malu
karena jiwa penuh dosa. Tapi jika tidak pulang jiwa ini rindu pada yang maha
kuasa, karena keindahan surganya. Sabarlah wahai jiwa yang merindu akan
keindahan surga yang maha kuasa. Kumpulkanlah amalmu dan hapuslah dosa-dosamu
yang bisa menjerumuskan jiwa kedalam panasnya api neraka yang rindunya membara
pada jiwa-jiwa yang sesat dari jalan sang maha kuasa.
Suasana jiwa semakin timbul kesedihan yang begitu
dalam, karena raga tidak peduli apa yang dilarangkan oleh sang maha kuasa. Raga
merajalela dengan keinginannya yang dirasuki oleh setan yang tidak kenal
kepedihan. Mungkin bisa ditaksirkan jiwa-jiwa yang sesat didunia ini mungkin
mencapai 80%. Dan yang 20% itupun belum tentu bersih jernih. Banyak manusia
merasa dirinya yang paling hebat, yang paling sempurna, karena keandaiannya ia
sombong dan tidak pernah mencoba kembali berfikir ke yang paling bawah, dia
hanya berfikir kalau dirinyalah yang paling sempurna. Tapi dia tidak fikir
siapa yang menciptakan alam semesta ini, sebenarnya kesempurnaan hanya sang
pencipta alam semesata ini yang memiliki kesempurnaan yang paling sempurna.
Kita sebagai manusia hanya melakukan sesuatu dengan cara yang sempurna tapi
itupun belum tentu sempurna.
Serasa jiwa ingin pulang kesisi yang maha kuasa namun
malu karena tingkah laku raga. Tapi bila tidak pulang rindu akan merasuk
semakin dalam dan tiada hentinya meminta jiwa kembali, itu dikarenakan tingkah
laku raga yang sangat memalukan jiwa. Namun kesabaran jiwa tidak pernah
berhenti bersabar. Sungguh malang jiwa ini karena raga.
Wahai sesamaku sadarlah akan tingkah laku kita selama ini
Mari kita mendekatkan diri pada yang maha
kuasa sebelum kita terlambat
Sebelum ajal melambaikan/memanggil kita untuk
kembali
Kesisi tuhan yang maha kuasa segalanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar